Sabtu, 05 November 2011

psikologi pendidikan


BAB 1
HAKEKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan merupakan penerapan prinsip dan metode psikologi untuk mengkaji perkembangan, belajar, motivasi, pembelajaran, penilaian, dan isu-isu terkait lainnya yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar.

MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan bermanfaat untuk:
- Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Membantu pendidik dalam memahami karakteristik peserta didik.
- Memahami proses belajar peserta didik.
- Memilih dan menggunakan berbagai strategi dalam pembelajaran.
- Membantu pendidik untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar atau perolehan hasil belajar yang telah dicapai peserta didik.

HAKEKAT PENDIDIK PROFESIONAL
Pendidik yang bermutu adalah pendidik yang:
- Menunjukkan seperangkat kompetensi sesuai dengan standar yang berlaku.
- Mampu bekerja dengan menerapkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi.
- Mematuhi kode etik profesi pendidik.
- Bekerja dengan penuh dedikasi.
- Membuat keputusan secara mandiri ataupun secara bersama-sama.
- Menunjukkan akuntabilitas kerjanya kepada pihak-pihak terkait.
- Bekerjasama dengan pihak lain yang relevan.
- Secara berkesinambungan mengembangkan diri baik secara mandiri ataupun melalui asosiasi profesi.

KOMPETENSI PENDIDIK
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional dan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik itu diperoleh melalui pendidikan Sarjana atau program Diploma IV. Sedangkan kompetensi pendidik tersebut meliputi:
1. Kompetensi Paedagogik
-      Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
-    Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
-    Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
-    Terampil melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik.
-       Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
-       Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
-    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun  dengan peserta didik.
-    Terampil melakukan penilaian dan evaluasi  proses dan hasil belajar.
-    Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
-    Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Kompetensi kepribadian
-    Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan Indonesia.
-    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
-    Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
-    Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi pendidik dan rasa percaya diri.
-    Menjunjung tinggi kode etik profesi pendidik.
3. Kompetensi profesional
-   Menguasai materi, stuktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
-    Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
-    Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
-    Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
-    Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
4. Kompetensi sosial
-    Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
-    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
-    Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
-    Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Bab I
PENGERTIAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
Perkembangan   = Perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
                              Perkembangan berkaitan dengan perubahan secara kualitatif.
Pertumbuhan   = Perubahan yang terjadi secara kuantitatif yang meliputi peningkatan ukuran dan struktur.

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Menurut Baltes:    - Perkembangan berlangsung sepanjang hayat.
                             -  Perkembangan bersifat multidimensional (digambarkan melalui banyak kriteria) dan multidireksional (dicapai melalui berbagai cara).
                             - Perkembangan mencakup aspek pertumbuhan dan penurunan.
                             - Perkembangan bersifat lentur.
                             - Perkembangan berada dalam latar tertentu dan historik.
Menurut Ruffin: -   Perkembangan berproses dari kepala menuju kaki.
                            -   Perkembangan berproses dari tubuh bagian dalam menuju tubuh bagian luar.
                            -   Perkembangan bergantung pada kematangan dan belajar.
                            -   Perkembangan berproses dari sederhana menuju kompleks.
                            -   Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses berkesinambungan.
                            -   Pertumbuhan dan perkembangan berproses dari kecakapan umum menuju kecakapan spesifik.
                            -   Tingkat pertumbuhan dan perkembangan bersifat individual.

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
1. Teori Continuity dan Discontinuity
    Teori Continuity      = Perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan.
    Teori Discontinuity= Perkembangan merupakan proses yang tidak berkesinambungan.
http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi_pendidikan/bab_2_files/image012.jpg
2. Teori kematangan dan perubahan
    Teori kematangan  = Manusia menunjukkan stabilitas pada aspek-aspek perkembangannya.
    Teori perubahan    = Emosi manusia dapat diubah oleh lingkungan.

BAB 3
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

PANDANGAN PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF
Piaget menjabarkan 4 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:
- Skema         : Menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek.
- Asimilasi     : Memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki.
- Akomodasi : Proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru.
- Ekuilibrium : Perpindahan dari satu tahapan berpikir ke tahapan berpikir berikutnya.
Piaget dalam memahami karakteristik perkembangan kognitif didasarkan pada usia tertentu sesuai tahapannya. Tahapan tersebut yaitu:
1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
    Bayi menyusun pemahaman dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman indera (sensori) dengan gerakan otot (motorik).
2. Tahap preoperasional (2-7 tahun)
    Dibagi menjadi 2 yaitu:
    - simbolis (2-4 tahun): Anak mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang.
    - intuitif (4-7 tahun): Anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
3. Tahap operasional kongkret (7-11 tahun)
    Anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkret.
4. Tahap operasional formal (11-15 tahun)
    Anak mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.

PANDANGAN BRUNER TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF
Bruner menjabarkan 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:
-   Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus.
-   Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.
-   Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain melalui kata-kata atau simbol.
-   Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
-   Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
-   Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan.
Bruner dalam memahami karakteristik perkembangan kognitif didasarkan pada tingkah lakunya sesuai tahapannya. Tahapan tersebut yaitu:
1. Tahap enaktif
    Anak mulai memahami lingkungannya.
2. Tahap ikonik
    Anak membawa informasi yang didapatnya melalui imageri. Karakteristik tunggal pada obyek yang diamati dijadikan sebagai pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan memori visual.
3. Tahap simbolik
    Anak berkembang pemahaman perseptualnya dan “tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu” juga sudah berkembang. Anak mampu menyusun gagasannya secara padat.

PANDANGAN VIGOTSKY TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF
Vigotsky menjabarkan 3 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:
- Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental (dengan cara memeriksa asal-usul dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya).
- Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransormasi aktivitas mental.
-   Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Vigotsky juga mengemukakan beberapa ide mengenai zone of proximal developmental (ZPD) yaitu serangkaian tugas sulit yang dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau yang lebih mampu.

PANDANGAN CHOMSKY TENTANG PERKEMBANGAN BAHASA
Perkembangan bahasa merupakan proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut.
Perkembangan bahasa dapat dijelaskan melalui 2 pendekatan yaitu:
- Navistik:   Menurut kaum navistik yang dipelopori oleh Chomsky, struktur bahasa telah ditentukan secara biologis yang dibawa sejak lahir.
- Empiristik:  Menurut kaum empiris, yang dipelopori kaum Behavioris, kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Penggunaan bahasa merupakan hasil dari penyatupaduan peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami selama masa perkembangannya.
Chomsky dalam memahami karakteristik perkembangan bahasa membagi beberapa tahapan. Tahapan tersebut yaitu:
1. Tahap pralinguistik (0,3 - 1 tahun)
    Anak mulai mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif.
2. Tahap halofrastik/kalimat satu kata (1 - 1,8 tahun)
    Anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya.
3. Tahap kalimat dua kata (1,8 – 2 tahun)
    Anak menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata.
4. Tahap perkembangan tatabahasa (2 – 5 tahun)
    Anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tatabahasa, panjang kalimat bertambah, ucapannya semakin kompleks dan mulai menggunakan kata jamak dan tugas.
5. Tahap perkembangan tatabahasa menjelang dewasa (5 – 10 tahun)
    Anak mulai mengembangkan struktur tatabahasa yang lebih rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjugasi.
6. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun sampai dewasa)
    Pembendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan, semakin lancar dan fasih berkomunikasi dengan bahasa.
Dalam aktivitas berpikir, di dalamnya melibatkan bahasa. Berpikir merupakan percakapan dalam hati. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan bahasa mengekspresikan hasil pemikiran tersebut. Jadi berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan. Kemampuan berpikir seseorang menentukan kemampuan berbahasanya. Sebaliknya, kemampuan berbahasa seseorang merupakan cerminan kemampuan berpikirnya.
BAB 4
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN MORAL

PERKEMBANGAN PERSONAL DAN SOSIAL
Pakar psikologi yang mengembangkan teori perkembangan personal dan sosial adalah Erik Erikson. Dia menyatakan bahwa seseorang dalam kehidupannya akan melewati delapan tahap psikososial, yaitu:
1. Tahap kepercayaan VS ketidakpercayaan (0 – 1 tahun)
    Jika pada tahap ini bayi diasuh dengan rasa nyaman maka akan timbul kepercayaan. Apabila diasuh dengan negatif atau diabaikan akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan.
2. Tahap otonomi VS malu dan ragu (1 – 2 tahun)
    Pada tahap ini jika bayi mempercayai pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi terlalu banyak dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap malu dan ragu.
3. Tahap inisiatif VS rasa bersalah (3 – 5 tahun)
    Pada tahap ini anak akan mempunyai inisiatif apabila mengemban tanggung jawab. Anak akan merasa bersalah bila tidak bertanggung jawab dan merasa cemas.
4. Tahap upaya VS inferioritas (6 – 10 tahun)
    Saat imajinasi mereka berkembang, anak yang punya inisiatif akan bersemangat untuk belajar. Bahayanya, anak menjadi rendah diri, tidak produktif dan inkompetensi.
5. Tahap identitas VS kebingungan (10 – 20 tahun)
    Pada tahap ini, apabila remaja diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi guna memahami identitasnya, remaja akan menemukan identitasnya. Bila tidak diberi kesempatan remaja akan mengalami kebingungan mengenai identitas dirinya.
6. Tahap intimasi VS isolasi (20 – 40 tahun)
    Pada tahap ini, setelah menemukan identitasnya, orang akan mulai membentuk hubungan yang positif dengan orang lain. Bila tidak, orang akan terisolasi secara sosial.
7. Tahap generativitas VS stagnasi (40 – 60 tahun)
    Pada tahap ini orang dewasa akan membantu generasi muda untuk mengembangkan hidup yang berguna. Di sisi lain ada pula orang dewasa yang tidak melakukan apapun untuk membantu generasi muda.
8. Tahap integritas VS putus asa (60 tahun ke atas)
    Pada tahap ini orang tua akan merenungi kembali hidupnya. Apabila evaluasinya positif, mereka akan mengembangkan rasa integritas. Apabila evaluasinya negatif, mereka akan putus asa.
Perkembangan sosial lebih diwarnai dengan dua aktivitas yang berlawanan yaitu otonomi dan keterikatan. Di sisi lain remaja dapat mengatur diri sendiri dan mencapai kebebasan (otonomi), di sisi lain remaja masih terikat hubungan dengan orang tua.
   
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial antara lain:
- keluarga      : Cara mendidik anak yang digunakan orang tua sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak.
- sekolah        : Di sekolah, guru memasukkan pengaruhnya terhadap sosialisasi anak.
- masyarakat  : Penerimaan dan penghargaan secara baik dari masyarakat terhadap diri anak mendasari perkembangan sosial yang sehat, citra diri yang positif dan rasa percaya diri yang mantap.

PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI
Perasaan berkaitan dengan emosi. Emosi bersifat intens daripada perasaan, lebih ekspresif dan ada kecenderungan untuk meletus. Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Emosi juga mempengaruhi tingkah laku. Ada beberapa teori yang membahas hubungan antara emosi dan tingkah laku.
1. Teori Sentral= Perubahan jasmani timbul akibat emosi.
2. Teori Perifir= Perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan adanya perubahan fisiologis.
3. Teori Kedaruratan Emosi= Emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi darurat.

Emosi dipengaruhi oleh:
* Kondisi yang ikut mempengaruhi emosi dominan:
        - kondisi kesehatan                                             - hubungan dengan teman sebaya
        - kondisi rumah                                                   - perlindungan yang berlebihan
        - cara mendidik anak                                           - aspirasi orang tua
        - hubungan dengan para anggota keluarga         - bimbingan
* Kondisi yang menunjang timbulnya emosionalitas yang menguat:
        - kondisi fisik
        - kondisi psikologis
        - kondisi lingkungan
Ragam faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi seseorang menyebabkan reaksi yang dimunculkan oleh individu-individu terhadap suatu keadaan tidaklah sama antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hal tersebut karena perasaan atau emosi bersifat subjektif dibandingkan peristiwa psikis yang lain. Selain itu karena perasaan berhubungan dengan pengenalan atau pengalaman seseorang.

PERKEMBANGAN MORAL
1. Pandangan Piaget
    Piaget membagi 2 tahap perkembangan moral yaitu:
Tahap Heteronomous
Tahap Otonomous
Penalaran model didasarkan pada hubungan keterpaksaan
Penalaran moral didasarkan pada hubungan kerjasama, pengakuan bersama antar kesamaan individu dan setiap individu dianggap sama
Penalaran moral didasarkan pada realisme moral. Aturan dianggap sebagai sesuatu yang kaku, berasal dari luar dirinya dan dipegang oleh orang yang berkuasa, tidak terbuka untuk bernegosiasi, kebenaran berkaitan dengan ketaatan pada orang dewasa dan aturan.
Penalaran moral direfleksikan pada sikap moral yang rasional. Aturan dianggap sebagai produk dari kesepakatan bersama, terbuka untuk negosiasi ulang, dilegitimasi oleh setiap orang, kebenaran berkaitan dengan kegiatan yang sesuai dengan persyaratan kerjasama dan saling menghormati
Kejahatan dinilai dari konsekuensi atas tindakan, keadilan disamakan dengan isi keputusan orang dwasa, kesewenag-wenangan dan hukuman dipandang sebagai keadilan. Hukuman dipandang sebagai konsekuensi dari pertahanan
Kejahatan dipandang sebatas perilaku yang bersikap relatif, keadilan diperlakukan secara sama atau memperhitungkan kebutuhan individu. Kewajaran hukuman dimaknai melalui kelayakan terhadap pertahanan.

2. Pandangan Kolhberg
    Kolhberg menyusun teori perkembangan moral terdiri dari 3 level utama dengan 2 tahap pada setiap levelnya. Konsep penting memahami perkembangan dari teori Kolhberg adalah internalisasi, artinya perubahan perkembangan dari perilaku yang dikontrol secara eksternal ke perilaku yang dikontrol secara internal.
LEVEL 1
Prakonvensional
Tidak ada internalisasi
LEVEL 2
Konvensional
Internalisasi pertengahan
LEVEL 3
Postkonvensional
Internalisasi penuh
Tahap 1
Heteronomous morality
Tahap 2
Individualisme, tujuan dan pertukaran
Tahap 3
Ekspetasi interpersonal mutual, hubungan dan konformitas interpersonal
Tahap 4
Moralitas sistem sosial
Tahap 5
Kontrak sosial/ utilitas dan hak individu
Tahap 6
Prinsip etika universal
Anak patuh karena orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh. Orang mendasarkan pada keputusan moralnya karena takut hukuman.
Individu mengejar kepentingannya sendiri, tetapi membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Apa yang benar melibatkan pertukaran yang seimbang.
Individu menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral.
Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan sosial, hukum, keadilan dan kewajiban.
Individu memahami bahwa nilai, hak, dan prinsip mendasari atau mengatasi hukum.
Orang telah mengembangkan penilaian moral berdasarkan hak asasi manusia yang universal ketika berhadapan dengan dilema antara hukum dan kesadaran, yang akan diikuti adalah kesadaran individual seseorang

BAB 5
KARAKTERISTIK DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

PERIODE PERKEMBANGAN
1. Masa Pranatal (0-9 bulan di dalam kandungan)
    - Periode ini dimulai saat pembuahan sampai dengan kelahiran.
    - Pembawaan lahir (fisik, mental dan kelamin) ditentukan.
    - Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
    - Kondisi dalam kandungan mempengaruhi potensi bawaan jabang bayi.
    - Sikap orang dapat mempengaruhi jabang bayi.
2. Masa Neonatal (0-2 minggu setelah lahir)
    - Periode yang tersingkat (periode Partunate= 0-30 menit setelah lahir) dan periode Neonate= 0-2 minggu setelah lahir).
    - Bayi menyesuaikan dengan lingkungan yang radikal (periode yang berbahaya).
    - Terhentinya perkembangan untuk sementara.
    - Memberi petunjuk tentang apa yang diharapkan akan terjadi pada perkembangan selanjutnya.
3. Masa Bayi (0-2 tahun)
    - Pola perilaku, sikap dan pola ekspresi terbentuk.
    - Pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat.
    - Berkurangnya ketergantungan.
    - Meningkatnya individualitas.
    - Permulaan sosialisasi.
    - Permulaan berkembangnya penggolongan peran seks.
    - Permulaan kreativitas.
4. Masa kanak-kanak awal (2-5 tahun)
    - Bagi orang tua merupakan usia yang mengundang masalah, usia mainan.
    - Bagi pendidik merupakan masa usia prasekolah.
    - Bagi pakar psikologi merupakan usia kelompok, usia menjelajah, usia bertanya, usia meniru, usia kreatif.
5. Masa kanak-kanak akhir (5-9 tahun)
    - Bagi orang tua merupakan usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia bertengkar.
    - Bagi pendidik merupakan usia sekolah dasar, periode kritis dalam dorongan berprestasi.
    - Bagi pakar psikologi merpakan usia berkelompok, usia penyesuaian diri.
6. Masa puber (9-12 tahun)
    - Periode tumpang tindih (di antara masa anak-anak akhir dan masa remaja awal).
    - Periode yang singkat (2-4 tahun).
    - Bukan lagi seorang anak-anak tapi juga belum remaja (=masa prapuber).
    - Kematangan seksual muncul (= masa puber).
    - Ciri-ciri seks sekunder muncul (= masa prapuber).
7. Masa remaja (12-16 tahun)
    - Periode yang penting karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku.
    - Periode peralihan sehingga terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.
    - Periode perubahan (fisik dan perilaku).
    - Usia bermasalah.
    - Remaja mulai mencari identitasnya.
    - Usia yang menimbulkan ketakutan.
    - Masa yang tidak realistik.
    - Ambang masa dewasa yang mengakibakan remaja mulai berperilaku seperti orang dewasa.
8. Masa dewasa awal (16-30 tahun)
    - Masa pengaturan yaitu mulai mengatur karir.
    - Usia reproduktif yang ditandai dengan pernikahan.
    - Masa bermasalah (mengenai perkawinan atau karier).
    - Timbul ketegangan emosional.
    - Mengalami keterasingan sosial.
    - Masa komitmen untuk menentukan pola hidup baru.
    - Masa ketergantungan (kadang masih bergantung kepada orang tua).
    - Pandangan yang berbeda akibat perubahan nilai.
    - Menyesuaikan diri dengan cara hidup baru.
    - Masa kreatif.
9. Masa dewasa paruh baya (30-60 tahun)
    - Periode yang sangat ditakuti (karena kerusakan mental dan fisik dan berhentinya reproduksi).
    - Melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan jasmani yang mulai menurun.
    - Masa stress.
    - Usia yang berbahaya (karena fisik yang menurun).
    - Usia canggung (tidak muda tapi juga tidak tua).
    - Masa berprestasi (kebanyakan orang mencapai prestasinya pada masa ini).
    - Mengevaluasi  prestasi berdasarkan aspirasinya.
    - Dievaluasi dengan standar ganda (bagi wanita dan bagi laki-laki).
    - Masa sepi.
    - Masa jenuh.
10. Masa lanjut usia (di atas 60 tahun)
    - Periode kemunduran fisik dan mental.
    - Adanya perbedaan individual pada efek menua.
    - Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda (dari penampilan dan kegiatan fisik).
    - Adanya stereotipe orang lanjut usia yang berbeda-beda.
    - Sikap sosial terhadap usia lanjut tidak menyenangkan.
    - Orang usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas.
    - Menua membutuhkan perubahan peran.
    - Penyesuaian diri yang buruk.
    - Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan pada setiap individu adalah:
1. Masa bayi dan masa kanak-kanak awal
    - Belajar memakan makanan padat.
    - Belajar berjalan.
    - Belajar berbicara.
    - Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
    - Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya.
    - Mempersiapkan diri untuk membaca.
    - Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
2. Masa kanak-kanak akhir
    - Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
    - Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri.
    - Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
    - Mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita.
    - Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.
    - Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
    - Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tatakrama dan tingkatan nilai.
    - Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
    - Mencapai kebebasan pribadi.
3. Masa remaja
    - Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya.
    - Mencapai peran sosial pria dan wanita.
    - Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
    - Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung sosial.
    - Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
    - Mempersiapkan karier ekonomi.
    - Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
    - Memperoleh perangkat nilai dan sistem etika sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
4. Masa dewasa awal.
    - Mulai bekerja.
    - Memilih pasangan.
    - Belajar hidup dengan tunangan.
    - Mulai membina keluarga.
    - Mengasuh anak.
    - Mengelola rumah tangga.
    - Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
    - Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
5. Masa usia paruh baya
    - Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara.
    - Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan bahagia.
    - Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang.
    - Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu.
    - Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik.
    - Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan.
    - Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
6. Masa tua
    - Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
    - Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga.
    - Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
    - Membentuk hubungan orang-orang seusia.
    - Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
    - Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel.

BAB 6
HAKEKAT BELAJAR

Gage dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil pengalaman. Belajar mengandung 3 ciri, yaitu:
- Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
- Perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh pengalaman.
- Perubahan perilaku yang disebabkan belajar bersifat relatif permanen.
Unsur-unsur belajar: - peserta didik
                                  - rangsangan (stimulus)
                                  - memori
                                  - respon
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.

Benyamin S. Bloom menyampaikan 3 taksonomi dalam ranah belajar yaitu:
1. Ranah kognitif (cognitive domain)= Berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemakhiran intelektual.
    Ranah kognitif mencakup:
    - Pengetahuan   => Mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
    - Pemahaman    => Memperoleh makna dari peserta didik.
    - Penerapan       => Menggunakan materi peserta didik di dalam situasi baru dan kongkrit.
    - Analisis          => Memecahkan material ke dalam bagian-bagian untuk memahami struktur organisasinya.
    - Sintesis           => Menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru.
    - Penilaian         => Membuat keputusan tentang nilai materi peserta didik untuk tujuan tertentu.
2. Ranah afektif (affective domain)= berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai.
    Ranah afektif mencakup:
    - Penerimaan           => Keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.
    - Penanggapan         => Partisipasi aktif pada diri peserta didik.
    - Penilaian               => Nilai yang melekat pada obyek, fenomena atau perilaku tertentu pada peserta didik.
    - Pengorganisasian  => Perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.
    - Pembentukan pola hidup =>  Peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lamasehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)= Berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek, dan koordinasi syaraf.
    Ranah psikomotorik mencakup:
    - Persepsi                     => Penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
    - Kesiapan                   => Pengambilan tipe kegiatan tertentu.
    - Gerakan terbimbing => Tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks.
    - Gerakan terbiasa       => Tindakan kerja di mana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.
    - Gerakan kompleks    => Kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.
    - Penyesuaian              => Keterampilan yang dikembangkan dengan sangat baik sehingga individu dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.
    - Kreativitas                => Penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.

Gagne dan Briggs mengklasifikasikan tujuan peserta didik ke dalam 5 kategori yaitu:
a. Kemahiran intelektual: Kemampuan yang membuat individu kompeten.
b. Kemahiran Kognitif: Kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat dan berpikir.
c. Informasi verbal: Kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam bentuk informasi pengetahuan verbal.
d. Kemahiran motorik: Kemampuan yang berkaitan dengan kelenturan syaraf dan otot.
e. Sikap: Kemampuan peserta didik untuk merespon sesuatu.

HIRARKI BELAJAR
Gagne menyusun Hirarki belajar yang merupakan tahap-tahap yang saling mendasari, yang dimulai dari tahapan terendah.
http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi_pendidikan/bab_6_files/image012.jpg

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Ada 3 prinsip yang harus dimiliki oleh pembelajar sebelum melakukan kegiatan belajar baru.
1. Informasi faktual
    Informasi yang diperoleh dengan cara:
    - Dikomunikasikan kepada pembelajar.
    - Dipelajari oleh pembelajar sebelum memulai belajar baru.
    - Dilacak dari memori, karena informasi tersebut terpendam dalam memori pembelajar.
2. Kemahiran intelektual
    Pembelajar harus memiliki berbagai cara dalam mengerjakan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan simbol-simbol bahasa dan lainnya.
3. Strategi
Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar dan mengingat. Pembelajar harus mampu menggunakan strategi untuk menghadirkan stimulus yang kompleks, memilih dan membuat kode bagian-bagian stimulus, memecahkan masalah, dan melacak kembali informasi yang telah dipelajari.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
1. Kondisi internal, meliputi:  - kondisi fisik: kesehatan
                                                - kondisi psikis: kemampuan intelektual, emosional
                                                - kondisi sosial: kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan
2. kondisi eksternal, meliputi: - variasi dan tingkat kesulitan materi belajar
                                                - tempat belajar
                                                - iklim
                                                - suasana lingkungan
                                                - budaya belajar

BAB 7
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori belajar menurut aliran ini adalah:
- Hasil belajar tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon.
- Agar hasil belajar optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa sehinga mudah direspon siswa.
- Siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat mencari hubungan antara stimulus dan respon tersebut.

Macam-macam teori belajar menurut aliran ini adalah:
1. Teori belajar Classical Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov. Dia mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk berliur walau tanpa makanan. Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan stimulus yang tidak disertai dengan penguatan.
2. Teori Operant Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinne mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, pemampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Berdasarkan eksperimen tersebut dapat ditarik kesimpulan:
        - Setiap respon yang diikuti dengan penguatan (reward atau reinforcing stimuli) cenderung akan diulang kembali.
        - Reward atau reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.
3. Modelling dan Observational Learning
    Bandura mengembangkan 4 tahap melalui pengamatan atau modeling
    - tahap perhatian       => Individu memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif dan populer.
    - tahap retensi            => Bila guru telah mendapat perhatian dari siswa, guru memodelkan perilaku yang akan ditiru oleh siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan.
    - tahap reproduksi     => Siswa mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku model.
    - tahap motivasional  => Siswa akan menirukan model karena merasakan bhwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh penguatan.
Konsep penting lainnya dari teori belajar ini adalah pengaturan diri (self-regulation). Dalam kegiatan belajar ini, individu mengamati perilakunya sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri sendiri apabila berhasil ataupun gagal dalam berperilaku.
4. Teori Koneksionisme
Teori ini dikembangkan oleh Edward Thorndike. Dia menggunakan kucing sebagai hewan percobaan. dalam eksperimennya, dia menghitung waktu yang dibutuhkan kucing untuk dapat keluar dari kandang pecobaan (puzzle box). Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah trial dan error. Hewan percobaan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri dengan lingkungannya sedemikian rupa sebelum hewan percobaan tersebut dapat melepaskan diri dari kandang percobaan. Selanjutnya dikemukakan bahwa perilaku dari semua hewan percobaan itu praktis sama.
Thorndike mengemukakan 3 macam hukum belajar, yaitu:
    a. Hukum kesiapan
        Agar proses belajar mencapai hasil yang baik, maka perlu kesiapan dalam belajar. Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:
        - Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dapat melaksanakannya, maka dia akan puas.
        -   Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku tapi tidak dapat melaksanakannya, maka dia akan kecewa.
        - Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dipaksa untuk melaksanakannya, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
    b. Hukum latihan
        Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan.
    c. Hukum akibat
        Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi semakin kuat.

5. Teori Modifikasi Perilaku Kognitif
Meichenbaum menyatakan bahwa individu dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur perilakunya sendiri. Cara yang digunakan yaitu melatih individu yang terganggu emosionalnya untuk membuat dan menjawab pertanyaannya sendiri. Ada 5 tahap kegiatan belajar mandiri yang dikembangkan Meichenbaum, yaitu:
a. Model orang dewasa melakukan tugas tertentu sambil berbicara dengan keras (Modeling kognitif)
b. Anak melakukan tugas yang sama di bawah arahan pembelajaran dari model (Bimbingan eksternal)
c. Anak melakukan tugas sambil membelajarkan diri sendiri.
d. Anak membelajarkan dirinya sendiri dengan cara berbicara pelan pada saat melanjutkan tugas.
e. Anak melakukan tugas untuk mencari kinerja tertentu dengan melakukan percakapan diri sendiri.
Teori belajar modifikasi perilaku koginitif ini menekankan pada modeling percakapan diri sendiri secara meningkat berpindah dari perilaku yang dikendalikan oleh orang lain kepada perilaku yang dikendalikan oleh diri sendiri, di mana individu menggunakan percakapan diri sendiri pada waktu melaksanakan tugas.
6. Teori belajar Conditioning
Guthrie menyatakan bahwa semua belajar dapat diterangkan dengan satu prinsip, yaitu prinsip asosiasi. Belajar merupakan suatu upaya untuk menentukan hukum-hukum, bagaimana stimulus dan respon itu berasosiasi. Guthrie menyatakan bahwa respon dapat menimbulkan stimuli untuk respon berikutnya. Perilaku manusia merupakan deretan perilaku yang terdiri atas unit-unit reaksi atau respon dari stimulus berikutnya.
Konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut sebagai penguat (reinforces), dan yang tidak menyenangkan disebut sebagai hukuman (punishers).

BAB 8
TEORI BELAJAR KOGNITIF

Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
1. Teori belajar Pengolahan Informasi
http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi_pendidikan/bab_8_files/image012.jpg
Gambar tersebut menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal. Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam  memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
Ada 2 bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu:
        - pelancaran proaktif     = Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.
        - pelancaran retroaktif   = Seseorang mempelajari informasi baru akan memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari.

2. Teori belajar Kontruktivisme
    Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
    -   Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
            -           Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
    -   Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan lagi.
    -   Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
    Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
        -   Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajar aktif.
        -   Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
        -   Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
        -   Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya.

    Thomas dan Rohwer menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif, yaitu:
    - Spesifikasi                           => Sesuai dengan tujuan belajar dan karakteristik peserta didik.
    - Pembuatan                          =>  Memungkinkan seseorang mengerjakan kembali materi yang telah dipelajari, dan membuat sesuatu menjadi baru.
    - Pemantauan yang efektif    => Peserta didik mengetahui kapan dan bagaimana cara menerapkan strategi belajarnya dan bagaimana cara menyatakannya bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat.
    - Kemujaraban personal        => Belajar akan berhasil apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh.
    Slavin menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:
            - membuat catatan
            - belajar kelompok
            - menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)

BAB 9
TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Teori belajar Humanistik memandang bahwa:
-   Fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara- cara belajar dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik.
-   Hasil belajarnya adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri.
-   Pentingnya pendekatan pendidikan di bidang seni dan hasrat ingin tahu.
-   Pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi pendidik dan kewajiban hadir di sekolah.
-   Pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok. Pendidik memiliki status kesetaraan dengan peserta didik.
-   Pendekatan humanistik memelihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat.
-   Penggunaan pendekatan humanistik dalam pendidikan akan memungkinkan peserta didik menjadi individu yang beraktualisasi diri.

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
1. Swa arah
Prinsip swa arah menyatakan bahwa sekolah hendaknya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari.
2. Belajar tentang cara-cara belajar
Sekolah hendaknya menghasilkan anak-anak yang secara terus menerus menumbuhkan keinginannya untuk belajar dan mengetahui cara-cara belajar.
3. Evaluasi diri
Evaluasi yang dilakukan sekolah atau pendidik yang diakhiri dengan kenaikan kelas dan kelulusan dipandang sebagai tindakan yang mengganggu aktivitas belajar peserta didik. Instrumen evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk tes dipandang tidak relevan dengan pendekatan humanistik.
4. Pentingnya perasaan
Pendekatan humanistik tidak membedakan domain kognitif dan afektif dalam belajar. Kedua domain itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
5. Bebas dari ancaman
Belajar akan jadi lebih mudah, lebih bermakna dan lebih diperkuat apabila belajar itu terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman.

BAB 10
MOTIVASI BELAJAR

Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah:
- Menentukan terjadinya kegiatan belajar atau tidak pada diri siswa.
- Memperlancar belajar dan hasil belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar:        - sikap
                                                                                         - kebutuhan
                                                                                         - rangsangan
                                                                                         - afeksi (pengalaman emosional)
                                                                                         - kompetensi
                                                                                         - penguatan

TEORI MOTIVASI
1. Teori belajar Behaviorat
Motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan. Peserta didik yang diperkuat untuk belajar akan termotivasi dalam belajar.
2. Teori kebutuhan manusia
    Abraham Maslow menyampaikan teori manusia berdasarkan pada hierarki kebutuhan.
      http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi_pendidikan/bab_10_files/image012.jpg
3. Teori Disonansi
    Kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat.
4. Teori Kepribadian
Motivasi yang stabil itu tidak dapat diubah, motivasi itu cenderung bersifat konstan pada berbagai situasi dan dalam jangka waktu cepat sukar untuk berubah.
5. Teori Atribusi
Teori ini berupaya untuk memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan anak. Seperti halnya teori Disonansi, asumsi utama teori ini adalah bahwa seseorang akan berupaya mempertahankan citra diri yang positif.
Teori atribusi memegang peranan penting dalam memahami cara-cara peserta didik menafsirkan dan menggunakan balikan atas kinerja akademiknya dan memberikan saran kepada pendidik tentang cara-cara memberikan balikan sehingga memiliki nilai motivasional tinggi.
Untuk mengatasi kurangnya motivasi peserta didik, caranya adalah:
    -  Mengkomunikasikan sisem penilaian yang akan diterapkan kepada peserta didik.
    - Pendidik menyampaikan harapannya bahwa seluruh peserta didik dapat belajar dengan baik, dan menyatakan pula bahwa keberhasilan yang akan dicapai oleh peserta didik adalah tergantung pada usahanya sendiri.
    -  Menerapkan pembelajaran individualisasi agar peserta didik dapat menilai kemajuannya sendiri.
6. Teori harapan
Motivasi anak untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung dari produk dari estimasinya terhadap peluang mencapai keberhasilan (peluang yang diyakini untuk berhasil), dan nilai yang ditempatkan atas keberhasilan yang dicapai (nilai insentif yang diperoleh peserta didik atas keberhasilan yang dicapai)
7. Teori motivasi berprestasi
Teori ini antara lain mengenai kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan.
Ciri peserta didik yang mempunyai motivasi berprestasi:
    - Cenderung memilih partner belajar yang cakap dalam menjalankan tugas.
    - Akan belajar lebih lama dibandingkan dengan peserta didik yang bermotivasi berprestasi rendah.
    - Memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil, dan apabila gagal mereka akan berusaha keras dalam mencapai keberhasilan.
Atkinson menyatakan bahwa individu dapat dimotivasi untuk berprestasi dengan cara memperoleh keberhasilan atau menghindari kegagalan. Bentuk ekstrim dari motif untuk menghindari kegagalan disebut ketidakberdayaan dalam belajar (learned helplesness). Ketidakberdayaan timbul dari inkonsistensi konsistenan, penggunaan penghargaan yang tidak dapat diprediksikan, dan hukuman yang diberikan oleh pendidik, sehingga peserta didik merasa kecil peluangnya untuk berhasil.
Untuk membantu peserta didik yang mengalami ketidakberdayaan dalam belajar perlu dilakukan:
    - Penekanan pada tindakan positif.
    - Pengurangan tindakan negatif.
    - Berangkat dari pengenalan baru menggunakan kerangka cantolan atau diskoveri terbimbing.
    - Penciptaan tantangan dalam belajar.

STRATEGI MOTIVASI BELAJAR
Cara yang dilakukan untuk membangkitkan motivasi intrinsik peserta didik adalah:
- Membangkitkan minat belajar.
- Mendorong rasa ingin tahu.
- Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik.
- Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar.
BAB 11
HAKEKAT PEMBELAJARAN

Pendidikan      : Bantuan kepada anak didik terutama pada aspek moral atau budi pekerti.
Pengajaran         : Bantuan kepada anak didik terutama pada aspek intelektual dan keterampilan.
Pembelajaran    : Seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik tersebut memperoleh kemudahan.
Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang sama. Perbedaannya, pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup pengajaran dan pembelajaran. Dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Sedangkan teori pembelajaran merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran.
KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN
1. Tujuan
2. Subyek belajar
3. Materi pelajaran
4. Strategi pembelajaran
5. Media pembelajaran
6. Penunjang (fasilitas belajar)

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
1. Prinsip pembelajaran teori behavioristik (Hartley & Davies)
     Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar yang baik apabila:
     - Peserta didik berpartisipasi secara aktif.
     - Materi disusun dalam unit-unit kecil secara sistematis dan logis.
     - Tiap respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan.
2. Prinsip pembelajaran teori kognitif (Reilley & Lewis)
     Pembelajaran akan lebih bermakna apabila:
     - Menekankan makna dan pemahaman.
            - Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tapi perlu disertai proses transfer secara lebih luas.
     - Menekankan adanya pola hubungan.
     - Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep.
     - Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif.
     - Obyek pembelajaran seperti apa adanya.
     - Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi.
     - Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna.
3. Prinsip pembelajaran teori humanisme
     Belajar adalah memanusiakan manusia. Anak yang berhasil dalam belajar apabila dapat mengaktualisasi dirinya dengan lingkungan. Pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip penting.
4. Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan
     * Prinsip pengaturan kegiatan kognitif
        Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan kognitif yang efisien.
     * Prinsip pengaturan kegiatan afektif
        Pembelajaran hendaknya memperhatikan dan mengaplikasikan tiga pengaturan kegiatan afektif, yaitu:
           - Faktor conditioning=> perilaku pendidik yang berpengaruh terhadap rasa senang atau benci peserta didik terhadap pendidik.
           - Faktor behavior modification=> pemberian penguatan seketika.
           - Faktor human model=> contoh berupa orang yang dikagumi atau dipercayai peserta didik.
     * Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik
           Pembelajaran hendaknya memntingkan faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerik, dan prosedur koordinasi anggota badan.
5. Prinsip pembelajaran teori kontruktivisme
     Belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengkontruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik. Dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip dalam pembelajaran teori kontruktivisme adalah:
     - Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting.
     - Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta didik.
     - Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator.
     - Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik.
- Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif.
6. Prinsip pembelajaran bersumber dari asas mengajar
     * Mandigers
        Agar anak mudah dan behasil dalam belajar pendidik perlu memperhatikan:
        - Prinsip aktivitas mental=> Pembelajaran hendaknya menimbulkan aktivitas mental bagi siswa.
            - Prinsip menarik perhatian=> Pembelajaran hendaknya menimbulkan hal yang menarik perhatian siswa.
        - Prinsip penyesuaian perkembangan=> Bahan pengajarannya disesuaikan dengan perkembangan siswa.
           - Prinsip appersepsi=> Mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang sudah diketahui.
           - Prinsip peragaan=> Pendidik menggunakan alat peraga dalam mengajar.
           - Prinsip aktivitas motorik=> Pembelajaran hendaknya menimbulkan aktivitas motorik bagi siswa.
           - Prinsip motivasi=> Pendidik memberikan dorongan kepada siswa dalam pembelajaran
     * Marsell
        Pembelajaran yang sukses perlu memperhatikan:
        - Prinsip konteks=> Pendidik menciptakan bermacam-macam hubungan dngan bahan pengajaran.
           - Prinsip fokus=> Dalam membahas materi perlu memakai pokok bahasan senagai pusat bahasan.
           - Prinsip sekuens=> Materi pengajaran disusun secara urut sistematis dan logis.
           - Prinsip evaluasi=> Pendidik dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan evaluasi.
           - Prinsip individualisasi=> Pendidik memperhatikan adanya individu dari diri peserta didik.
           - Prinsip sosialisasi=> Pendidik menciptakan suasana belajar yang menimbulkan adanya saling kerjasama antara peserta didik.

BAB 12
TEORI PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN BEHAVIORISTIK
Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.
Teori pembelajaran perilaku:
- Perlu diberikan penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar.
- Pemberian penguatan bisa berupa penguat sosial (pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).
- Hukuman dapat digunakan sebagai alat pembelajaran tapi perlu hati-hati.
- Perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh.
- Pendidik dikatakan telah melakukan pembentukan bila memberikan penguatan dalam pengajarannya.

PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN KOGNITIF
1. Jean Piaget
    Piaget mengemukakan 3 prinsip pembelajaran yaitu:
    - Belajar aktif=> Menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar sendiri.
            - Belajar lewat interaksi sosial=> Menciptakan suasana yang memungkinkan adanya interaksi antar siswa.
    - Belajar lewat pengalaman sendiri=> Didasarkan pada pengalaman nyata.
2. JA Brunner
    Menurut Brunner dalam pengajaran di sekolah hendaknya mencakup:
    -   Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.
        Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik agar memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
    -   Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
        Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak.
    -   Perincian urutan penyajian materi pelajaran.
        Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan peserta didik dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah, dan menstranfer apa yang telah dipelajari.
    -   Cara pemberian penguatan
        Pujian atau hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar mengajar.
3. David Ausubel
    Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
    Belajar bermakna timbul apabila:  - Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial.
                                                          - Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
    Ausubel mengajukan empat prinsip pembelajaran, yaitu:
      - Kerangka cantolan=> pendidik menggunakan bahan pengait untuk mengkaitkan konsep lama dengan konsep baru.
      -   Diferensiasi progresif=> proses pembelajaran dimulai dari hal umum ke hal khusus.
      - Belajar superordinat=> proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi.
      -   Penyesuaian integratif=> Materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.

PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN HUMANISTIK
Pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Aliran ini mempunyai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia agar manusia mampu mengaktualisasi diri sebaik-baiknya. Aliran humanistik tidak mempunyai teori belajar khusus, tetapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori yang sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai. Peran pendidik dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator belajar, yang tugasnya:
- Menciptakan iklim belajar.
- Memenui kebutuhan belajar peserta didik.
- Membantu mengungkapkan emosi peserta didik.
- Membantu belajar peserta didik.
Bentuk pembelajaran melalui pendekatan humanistik adalah bahwa peserta didik dituntut untuk selalu memotivasi diri. Untuk mencapai ke arah itu kegiatan belajar hendaknya mendorong peserta didik untuk belajar cara-cara belajar dan menilai belajarnya sendiri. Program pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan humanistik umumnya menggunakan kegiatan terbuka di mana peserta didik harus menemukan informasi, membuat keputusan, memecahkan masalah dan membuat produk sendiri. Dalam pendidikan humanistik, peserta didik tidak memiliki tempat duduk yang tetap seperti halnya pendidikan konvensional. Peserta didik dapat belajar mandiri atau belajar dengan kelompok.

PEMBELAJARAN MENURUT TEORI KONTEMPORER
Pembelajaran teori kontemporer yang dimaksudkan di sini adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Peserta didik harus aktif dalam mengkontruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh. Dalam pembelajaran model ini pendidik dan peserta didik  sama-sama aktif. Strategi pembejaran tersebut dinamakan student centered learning strategies, yang wujudnya bisa berupa belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif & kolaboratif, generative learning dan problem based learning.
Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori kontrukivisme yang terkenal samapi sekarang adalah pembelajaran kuantum (Quantum learning) yaitu pembelajaran yang mengorkestrasikan (mengubah, menyelaraskan, memberdayakan) berbagai interaksi yang berada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan cara menyingkirkan hambatan belajar melalui cara dan alat yang tepat sehingga kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi kemampuan aktual.
BAB 13
PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME
Kontruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi pembelajaran kontruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentranfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran kontruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.
Untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka:
- Suasana lingkungan belajar harus demokratis.
- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif dan berpusat pada peserta didik.
- Pendidik mendorong peserta didik agar belajar mandiri dan bertanggungjawab atas kegiatan belajarnya.

Asumsi dalam pembelajaran kontruktivistik:
1. Mengenai peserta didik
    - Peserta didik adalah individu yang bersifat unik. Mereka memiliki latar belakang dan kebutuhan yang unik pula.
    - Kontruktivisme sosial mendorong peserta didik menghadirkan versi kebenarannya sendiri, hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan atau pandangan tentang dunianya sendiri.
    - Peserta didik perlu didorong untuk memiliki tanggung jawab belajarnya sendiri.
    - Motivasi belajar peserta didik tergantung pada keyakinan peserta didik terhadap potensi belajarnya.
2. Mengenai pendidik
    - Pendidik harus menyesuaikan diri dengan peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai pendidik.
    - Tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pembelajaran.
    -  Karena pendidik sebagai fasilitator, maka peserta didik yang berperan aktif dalam pembelajaran.
3. Mengenai proses belajar
    - Belajar merupakan proses aktif di mana peserta didik belajar menemukan prinsip, konsep dan fakta untuk dirinya sendiri.
    - Tercipta interaksi yang dinamik antara tugas-pendidik-peserta didik.
4. Mengenai kolaborasi peserta didik
    - Peserta didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakangnya, hendaknya berkolaborasi dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang kebenaran.
    - Konteks merupakan pusat belajar. Pengetahuan yang tidak sesuai konteks tidak memberikan ketrampilan kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang bersifat autentik.
5. Mengenai asesmen
    - Holt dan Willard-Holt menekankan konsep asesmen dinamik, yaitu cara menilai peserta didik yang berbeda dari penilaian konvensional. Belajar interaktif diperluas dengan proses asesmen.
    - Pendidik hendaknya memandang asesmen sebagai proses interaksi dan kontinyu untuk mengukur prestasi belajar dan kualitas pengalaman belajar. Balikan yang dibuat melalui proses asesmen itu digunakan sebagai dasar pengembangan kegiatan berikutnya.
6. Mengenai pemilihan, cakupan dan urutan materi pelajaran
    - Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu.
    - Agar peserta didik benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran, maka tugas dan lingkungan belajarnya hendaknya merefleksikan kompleksitas lingkungan, sehingga peserta didik mampu memfungsikan diri sampai akhir kegiatan belajar.
    - Semakin terstruktur lingkungan belajar, semakin tidak mampu peserta didik membangun makna berdasarkan pemahaman konseptualnya. Fasilitator hendaknya menstrukturkan pengalaman belajar cukup untuk memastikan bahwa peserta didik memperoleh bimbingan yang jelas sehingga mampu mencapai tujuan belajar.
Pendekatan pembelajaran kontruktivistik menekankan pembelajaran dari atas ke bawah (top-down intruction). Peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.

Pembelajaran yang memakai prinsip kontruktivisme adalah:
1. Diskaveri (discovery learning)
    Dikembangkan oleh Jerome Brunner. Dalam pembelajaran diskaveri, pembelajaran harus mampu mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah dimiliki. Keuntungan pembelajaran ini adalah:
    - Mampu memunculkan hasrat ingin tahu peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul.
    - Peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
2. Penangkapan (reception learning)
Dikembangkan oleh David Ausubel. Dalam pembelajaran penangkapan, peserta didik tidak mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri, sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang diajarkan di sekolah. Inti pendekatan belajar penangkapan adalah pengajaran ekspositori, yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori ini terdiri atas tiga tahap, yaitu:
    - Penyajian Advance organizer
        Merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran.
    - Penyajian materi atau tugas belajar
        Merupakan penyajian materi pembelajaran baru dengan metode ceramah, diskusi, film atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik.
    - Memperkuat organisasi kognitif
        Caranya dengan mengkaitkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum.
3. Belajar terbimbing (scaffolding)
Dikembangkan oleh Vgotsky. Scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan secara perlahan-lahan mengurangi batas-batas tersebut karena peserta didik telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri dalam mengatasi kompleksitas konteks tersebut.

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu peserta didik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata serta memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan  mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik pembelajaran konstektual adalah sebagai berikut:
- Proses pembelajarannya mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata.
- Tujuan pembelajarannya berbasis pada:
    * Standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara nasional atau lokal oleh asosiasi profesi.
    * Pengetahuan & keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi tertentu.
    * Keterampilan berpikir tinggi seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembuatan keputusan.
- Pengalaman belajarnya mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal dan eksternal.
- Integrasi pendidikan akademik dan karier akan membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman tentang karier atau bidang kajian teknis tertentu.

Komponen pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Kontruktivisme
2. Inkuiri (menemukan)
    Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasisi CTL (Contextual Teaching and Learning). Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah:                    - merumuskan masalah
                                                                                          - mengamati atau melakukan observasi
                                                                                          - menganalisis
                                                                                          - mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
3. Questioning (bertanya)
    Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL
4. Masyarakat belajar
    Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu ke yang belum tahu.
5. Modeling (pemodelan)
    Pendidik memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Ada  model yang bisa ditiru dan diamati peserta didik sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.
6. Refleksi
    Adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
7. Penilaian autentik
    Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.

Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi:
-   Prinsip saling ketergantungan
    Prinsip ini mengajak peserta didik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam.
-   Prinsip diferensiasi
    Prinsip ini mengembangkan kreativitas dan mendorong keragaman dan keunikan antara peserta didik untuk bekerjasama dalam bentuk yang disebut simbiosis.
-   Prinsip pengaturan diri
    Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan belajar diatur sendiri, dipertahankan sendiri dan disadari sendiri oleh peserta didik.

Pendekatan pada pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Pembelajaran berbasis masalah
    Merupakan pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep dari berbagai isi pelajaran.
2. Penggunaan keragaman konteks
    Pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan di berbagai lingkungan .
3. Pengelompokan peserta didik
    Tujuannya adalah agar mereka mapu berbagi pengalaman dan informasi. Dalam pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal dari berbagai macam konteks dan latar belakang agar mereka memiliki berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah.
4. Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
    Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam hal ini mereka mapu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.
5. Pembentukan kelompok belajar saling ketergantungan
    Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar dibangun untuk berbagi pengetahuan dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan.
6. Menggunakan asesmen autentik
    Asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran.

BAB 14
ASESMEN HASIL BELAJAR

Asesmen merupakan proses mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan peserta didik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan dan dikerjakan peserta didik. Metode dan alat asesmen meliputi:
           - observasi                                     - skala penilaian
           - proyek                                          - asesmen mandiri oleh peserta didik
           - laporan tertulis                         - tes tertulis
           - review kinerja                           - asesmen portofolio
Evaluasi memiliki kesamaan dengan asesmen, dan kadang-kadang kedua istilah itu digunakan secara bergantian. Isi evaluasi dipandang lebih luas dibandingkan dengan asesmen. Asesmen dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik tertentu, seperti deskripsi tujuan. Sedangkan evaluasi dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik dan penentuan nilai atau harga suatu obyek.
Kegiatan asesmen pertama kali muncul di China pada tahun 206 SM ketika dinasti Han memperkenalkan ujian untuk membantu proses seleksi pegawai kerajaan.

Jenis-jenis asesmen, yaitu:
1. Asesmen formatif dan sumatif
     Asesmen sumatif=> Dilaksanakan di akhir pembelajaran dan digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.
     Asesmen formatif=> Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Wujudnya berupa pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik dan tidak dijadikan dasar penentuan kenaikan kelas.
     Dalam konteks belajar asesmen sumatif dan normatif disebut dengan asesmen belajar.
2. Asesmen obyektif dan subyektif
     Asesmen obyektif=> Bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban benar.
     Asesmen subyektif=> Bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban benar.
3. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
     Asesmen acuan patokan=> Asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya menggunakan tes acuan patokan.
     Asesmen acuan normatif=> Asesmen yang menggunakan tes acuan normatif dan tidak digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen ini dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurve normal.
4. Asesmen formal dan informal
     Asesmen formal=> Diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis dan diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan kinerja peserta didik.
     Asesmen informal=> Dilakukan dengan cara yang lebih terbuka seperti observasi, inventori, diskusi yang tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking.
5. Asesmen autentik (Asesmen kineja)
     Asesmen berbasis kinerja merupakan bentuk ujian di mana peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk dan mendemonstrasikan ketrampilan atau menampilkan kemampuan/pengetahuan. Wujudnya antara lain:
           - tugas membuat proyek secara individual atau kelompok            - eksperimen ilmiah
           - contoh tulisan atau karangan                                                                   - portofolio
           - memecahkan masalah terbuka                                                               - simulasi komputer
           - pertanyaan yang membutuhkan konstruksi jawaban                    - wawancara atau presentasi lisan
     Tahap-tahap asesmen kinerja adalah:
     - Mengidentifikasi hasil pembelajaran.
     - Mengembangkan tugas-tugas untuk menemukan tujuan pembelajaran.
     - Mengidentifikasi hasil belajar tambahan yang di dukung oleh tugas.
     - Merumuskan kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik.
6. Asesmen portofolio
     Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer. Biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya peserta didik.
     Tahap-tahap asesmen portofolio adalah:
     a. Perencanaan dan pengorganisasian
        - Mengembangkan perencanaan portofolio yang bersifat fleksibel.
           - Merencanakan waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan mendiskusikan aspek-aspek portofolio.
           - Dimulai dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian semakin meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik.
           - Memilih aspek yang dimasukkan di dalam portofolio yang mampu menunjukkan kemajuan peserta didik atau penguasaan tujuan pembelajaran.
           - Memilih setidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-aspek inti dan sampel pekerjaan yang dipilih.
           - Menempatkan daftar tujuan di depan masing-masing portofolio. Bersamaan dengan indikator yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan.
     b. Implementasi
        - Melekatkan perkembangan aspek-aspek portofolio di dalam kegiatan kelas yang sedang berlangsung.
           - Memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempersiapkan, memilih, menilai dan menyimpan portofolionya sendiri.
        - Membagi aspek-aspek portofolio yang telah dipilih.
        - Mencatat komentar pendidik dan peserta didik dengan segera terhadap portofolio tersebut.
     c. Hasil
        - Menganalisis aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
        - Menggunakan informasi portofolio itu untuk mendokumentasi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik, untuk disampaikan kepada orang tua dan memperbaiki pembelajaran di kelas.

Prinsip-prinsip asesmen
-    Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik.
-    Asesmen berujuan untuk mendukung belajar peserta didik.
-    Obyektif bagi semua peserta didik
-    Berkolaborasi secara profesional dengan sekelompok pendidik lain.
-    Melibatkan partisipasi komite sekolah dalam pengembangan asesmen.
-    Menjelaskan keteraturan dan kejelasan komunikasi mengenai peserta didik kepada peserta didik, keluarga dan masyarakat.
-    Meninjau dan memperbaiki asesmen.
Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

1 komentar:

  1. Stainless Steel Wheels - Titanium White Wheels - T-Tech
    Stainless Steel titanium iv chloride wheels for sale nano titanium babyliss pro in Tucson, AZ. The Stainless Steel Wheel works perfectly for your bicycle, but you need polished titanium to wear titanium cerakote it ford escape titanium again and again.

    BalasHapus